JAKARTA, Minggu 28 September 2025 – Setiap malam, Rini (nama samaran) kerap sulit tidur. Bukan karena kurang lelah, tapi karena pesan teror dari debt collector yang terus memburu. Berawal dari pinjaman online kecil untuk biaya sekolah anak, kini hutangnya menumpuk karena bunga yang mencekik. Ditambah tagihan kartu kredit dan cicilan Kredit Tanpa Agunan (KTA), hidupnya terasa seperti jalan buntu.
Rini hanyalah satu dari ribuan masyarakat Indonesia yang menghadapi persoalan serupa. Di tengah situasi yang menekan itu, hadir sebuah harapan baru: Sapala Consultant.
Setelah sukses mendirikan kantor pertamanya, pada Minggu, 28 September 2025, Sapala Consultant resmi membuka cabang kedua. Lembaga ini berfokus pada penanggulangan korban pinjol, kartu kredit, dan KTA, dengan menghadirkan pendampingan hukum, mediasi dengan kreditur, hingga edukasi literasi keuangan.
Direktur Utama, Rahmi Intan Yahya, S.Farm, menegaskan bahwa cabang kedua ini hadir agar lebih banyak masyarakat yang bisa dijangkau.
“Setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua. Kami hadir bukan hanya untuk memberi solusi hukum, tapi juga untuk mendampingi masyarakat keluar dari tekanan finansial,” jelas Rahmi.
Komisaris Dani Hilman, S.H—akrab disapa Bang Bondani—menambahkan bahwa Sapala Consultant tidak sekadar menjadi konsultan, melainkan sahabat.
“Hutang bukan aib. Yang harus kita lawan adalah praktik penagihan tidak beretika dan sistem yang merugikan masyarakat. Sapala Consultant akan terus berdiri di sisi korban,” tegas Bang Bondani.
Untuk mewujudkan misinya, Sapala Consultant mengedepankan empat pilar utama:
- Pendampingan hukum bagi korban penagihan tidak beretika.
- Mediasi dan negosiasi dengan kreditur untuk mencari solusi adil.
- Edukasi literasi finansial agar masyarakat lebih bijak mengelola keuangan.
- Program pemulihan keuangan untuk membantu korban kembali mandiri.
Bagi Rini, keberadaan Sapala Consultant bagaikan pintu cahaya setelah lama terjebak dalam kegelapan.
“Saya sempat berpikir semua sudah berakhir. Tapi dengan adanya pendampingan seperti ini, saya merasa masih ada jalan keluar. Hidup saya belum selesai,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Launching cabang kedua ini bukan sekadar seremoni, tetapi wujud nyata perjuangan untuk melindungi masyarakat dari jeratan hutang yang menjerat banyak keluarga di Indonesia.